Jumat, 15 Juli 2011

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PONDASI KESUKSESAN PERADABAN BANGSA


PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PONDASI KESUKSESAN PERADABAN BANGSA

Oleh.
Muhammad Ali Efendi, S.Si, M.Sc
(Waka. kurikulum MAPM)

A.Pendahuluan
Masyarakat modern telah berhasil mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi canggih untuk mengatasi berbagai masalah kehidupannya, namun pada sisi lain ilmu pengetahuan dan teknologi canggih tersebut tidak mampu menumbuhkan moralitas (akhlak) yang mulia. Dunia modern saat ini, termasuk di Indonesia ditandai oleh gejala kemerosotan akhlak yang benar-benar berada pada taraf yang mengkhawatirkan. Kejujuran, kebenaran, keadilan, tolong menolong, gotong royong, “tepo sliro” dan kasih sayang sudah tertutup oleh penyelewengan, penipuan, penindasan, saling menjegal dan saling merugikan. Di sana-sini banyak terjadi adu domba dan fitnah, menjilat, mengambil hak orang lain sesuka hati dan perbuatan-perbuatan biadab lainnya.
Pendidikan karakter kini menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional sendiri, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan di seluruh jenjang pendidikan yang dibinanya.
Pendidikan atau kurikulum berkarakter?, apakah semua tahu apa yang dimaksud dengan pendidikan berkarakter? Lalu mengapa diperlukan pendidikan berkarakter? dan masih banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang muncul bukan hanya dikalangan masyarakat kecil namun di kalangan masyarakat yang berpendidikan pun tidak menutup kemungkinan belum memahaminya.

B.Pentingnya Pendidikan atau Kurikulum Karakter
Setelah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran), Kementerian Pendidikan Nasional menggagas ide baru dengan inovasinya yang bertajuk Kurikulum Berkarakter. Pengelontoran terobosan baru dalam dunia pendidikan ini dilandasi oleh keprihatinan pemerintah atas kenakalan remaja yang sudah sampai taraf mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, tingkat tawuran remaja ditahun 2010 ini meningkat dengan signifikan begitu juga kasus hamil diluar nikah yang dialami siswi SMA bahkan SMP.
Melihat fenomena buruk yang menimpa tunas-tunas bangsa tersebut, pemerintah merasa perlu untuk mengambil sebuah langkah praktis guna menghentikan atau minimal mengurangi lingkaran setan tersebut. dan tidak ada cara yang paling efektif (menurut pemerintah) selain dengan pembekalan akhlak dan pekerti yang mulia. Oleh sebab itu pemerintah berkeinginan untuk menghidupkan kembali pelajaran budi pekerti yang dulu pernah ada di era 60 an, hanya saja tidak berwujud mata pelajaran secara terpisah namun melesap kesemua unsur mata pelajaran disekolah.
Secara harfiah karakter artinya kualitas mental atau moral, kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby dan Panwell,1972:49); karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia); mempunyai watak, kepribadian (Kamisa,1997:281); kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat relative tetap (Dali Gulo,1982:29), dan akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain (M. Furqon,2009:9).
Mengapa pendidikan karakter diperlukan Manusia atau insan yang hidup dengan kecerdasan kognitif yang begitu bagus tidak akan disebut sempurna manakala insan tersebut tidak memiliki kecerdasan emosi, kecerdasan sosial dan yang paling utama adalah kecerdasan religious atau dengan kata lain seorang manusia yang mempunyai kecerdasan yang luar biasa tidak akan berarti manakala orang tersebut tidak menghargai dan menghormati orang tuanya, tidak peka terhadap kejadian disekitar kehidupannya dan tidak pernah mau melakukan apa yang diwajibkan oleh yang menciptakannya Tuhan YME.

C.Pendidikan Karakter
Pengertian karakter adalah penerapan nilai-nilai yang melandasi prilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika Pendidikan berkarakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai perilaku (karakter) kepada warga sekolah yang meliputi pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai baik, yaitu terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.
Berdasarkan UU Sistem Pendidikan nasional No 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi: Mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pada dasarnya pembentukan karakter itu dimulai dari fitrah yang diberikan Ilahi, yang kemudian membentuk jati diri dan prilaku. Dalam prosesnya sendiri fitrah Ilahi ini dangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan prilaku.
Tujuan pendidikan Karakter adalah: Meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah melalui pembentukan karakter peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.
Pendidikan karakter ini hendaknya tidak dijadikan kurikulum yang baku, melainkan dibiasakan melalui proses pembelajaran. Selain itu mengenai sarana-prasaran, pendidikan karakter ini tidak memiliki sarana-prasarana yang istimewa, karena yang diperlukan adalah proses penyadaran dan pembiasaan.
Nilai-nilai karakter yang dikembangakan adalah nilai karakter yang berhubungan dengan:
1. Tuhan Yang Maha Esa: Religius dimana nilai karakter ini yang menjadi ruh dari karakter semua karakter.
2. Diri Sendiri: Jujur, Bertanggung jawab, Hidup sehat, Disiplin, Kerja Keras, Percaya Diri, Berjiwa Wira usaha, Berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, Mandiri, Ingin tahu, Cinta Ilmu
3. Sesama : Sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain ,Patuh pada aturan-aturan sosial, Menghargai karya orang lain, Santun, Demokratis
4. Lingkungan: Peduli sosial dan lingkungannya
5. Kebangsaan: Nasionalis, Menghargai keberagaman.
Implementasi Pendidikan karakter di sekolah adalah terpadu dengan:
1. Proses pembelajaran yaitu dipadukan dalam mata pelajaran seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
2. Pendidikan melalui kegiatan ekstrakurikuler:
3. Manajemen sekolah: seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya.
4. Pembiasaan dengan membuat kegiatan untuk menimbulkan karakter religious (tadarus bersama,sholat duha), peduli lingkungan (membersihkan ruang kelas bersama-sama, membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan ), peduli sosial (menengok teman yang sakit, membantu korban bencana alam) dan sebagainya.
Maka suatu pendidikan yang berlandaskan pendidikan karakter diharapkan mampu untuk menciptakan lulusan-lulusan yang berakhlak mulia, sehat, cerdas, Kreatif, inovatif, mandiri, bertanggung jawab. Yang tentu saja dengan menerapkan nilai-nilai baik menurut agama, adat/hukum, kebudayaan, dan estetika.
D.Pendidikan pesantren dan Madrasah Cikal bakal Pendidikan Karakter
Pendidikan di pesantren dan madrasah merupakan cikal bakal pendidikan karakter. Pesantren dan madrasah dapat dijadikan bahan rujukan mengenai pengembangan pendidikan karakter, mengingat ruang lingkup pendidikan karakter sendiri sangatlah luas.
Madrasah merupakan institusi dengan keunikan-keunikan yang menjadikannya memungkinkan untuk selalu dikaji aspek-aspek keunikan tersebut. Misalkan dengan muatan materi-materi keagamaan yang ada dalam kurikulum madrasah menjadikan kurikulum madrasah menjadi kurikulum nasional plus agama. Keunggulan dari aspek kurikulum ini memungkinkan nilai tawar yang lebih tinggi.
Mendidik akhlak mulia jauh lebih utama dibanding dengan membuat murid “pintar” secara kognitif. Orientasi pendidikan yang selama ini dianut oleh pemerintah dalam menentukan tujuan pendidikan nasional selalu merujuk pada angka-angka, sementara aspek yang berhubungan dengan sikap afektif murid hanya dijadikan sebagai pelengkap bukan tujuan. Akibatnya adalah pendidikan di Indonesia hanya menghasilkan jago-jago mark up data, jago manipulasi dan korupsi. Kurikulum berkarakter yang dihembuskan oleh pemerintah merupakan bentuk ”Taubatan Nashuha” dari pemerintah atas dosa-dosa masa lalunya dan sekaligus menjadi jawaban atas semua persoalan bangsa ini.
Pendidikan Akhlak adalah pendidikan mengenai dasar-dasar moral (akhlak) dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak masa analisa hingga ia menjadi mukallaf, pemuda yang mengarungi lautan kehidupan. Tidak diragukan lagi bahwa keutamaan-keutamaan moral, perangai dan tabiat merupakan salah satu buah iman yang mendalam, dan perkembangan religius yang benar.
Madrasah adalah salah satu lembaga pendidikan Islam yang penting selain pesantren. Keberadaaanya begitu penting dalam upaya meningkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan menciptakan kader-kader bangsa yang memiliki wawasan keislaman dan nasionalisme yang tinggi. Madrasah berupaya mengintegrasikan ilmu agama dan umum. Menyeimbangkan keduanya untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Q.S. (Al-Qasas (28): 77.

E.Penutup
Semakin menurunnya moralitas bangsa merupakan salah satu akibat dari pendidikan yang menciptakan out putnya “pintar” secara kognitif dan merujuk pada “angka-angka”, sementara aspek yang berhubungan dengan sikap afektif hanya dijadikan sebagai pelengkap bukan tujuan.
Pendidikan karakter merupakan salah satu “obat” untuk mengatasi menurunnya moralitas bangsa. Pesantren dan madrasah merupakan cikal bakal pendidikan karakter. Karena di dalam institusi ini terdapat pendidikan akhlak mulia.

Tidak ada komentar: