Selasa, 09 November 2010

LANGKAH JITU SUKSES UN 2011

LANGKAH JITU SUKSES UN 2011

Ujian Nasional (UN) merupakan moment yang membuat peserta didik, tenaga pendidik dan orangtua peserta didik merasakan suasana yang tegang. Mengapa demikian? menurut penulis, hal ini terjadi dikarenakan masih kurang bagusnya sistem dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah tersebut. Sudah menjadi rahasia umum, mendekati ujian nasional setiap sekolah mengadakan bimbingan belajar intensif. Sekolah "menghalalkan" segala cara agar siswinya lulus 100%. Orangtua peserta didik memasukkan anaknya ke bimbingan belajar di luar sekolah. Hal ini seharusnya tidak terjadi jika proses kegiatan belajar mengajar sudah berjalan baik di sekolah tersebut.

Dalam tulisan ini, penulis memberikan langkah jitu sukses UN 2011:
1. Pihak Sekolah
Fungsikan tenaga pendidik sesuai dengan akademiknya. sudah menjadi rahasia umum jika banyak guru yang "dipaksa" mengajar mata pelajaran yang bukan menjadi bidang akademiknya. Misalnya Guru dengan ijazah akademik agama mengajar matematika. apapun pasti hasilnya tidak akan maksimal. Susun kurikulum yang mata pelajarannya tidak tumpang tindih, seleksi secara selektif lembar kerja siswa (LKS) yang akan digunakan. dan kalau bisa, yang membuat LKS adalah guru mata pelajaran. tidak dibeli dari distributor. Hal ini dikarenakan banyak LKS yang "tidak layak" untuk dipergunakan.
2. Pihak Peserta Didik
Peserta didik harus memiliki niat dan semangat belajar. Gali potensi diri! manfaatkan secara maksimal waktu kegiatan belajar mengajar. Manfaatkan teknologi internet. Buat jadwal belajar seefisien dan seefektif mungkin. Tanamkan optimisme dalam menghadapi ujian nasional.
3. Pihak Orangtua Peserta Didik
Peserta didik masih dalam masa pencarian jati diri. Dalam masa ini, perlu adanya bimbingan, perhatian dan motivasi dari Wali atau orangtua. Selain perhatian, orangtua harus mampu memilih sekolah yang berkualitas agar anaknya benar-benar "diproses" secara baik sehingga kualitas anak menjadi lebih baik.
Selain itu orangtua harus peduli dengan sekolah. Luangkan waktu untuk melakukan komunikasi dengan sekolah.
4. Pihak Pemerintah
Perhatikan sekolah yang memiliki dana yang tidak memadai. Terutama sekolah swasta. Salurkan bantuan dana maupun perlengkapan sekolah. Perbanyak bantuan pembiayaan peserta didik terutama dari kalangan yang tidak mampu. Rekrut pegawai yang benar-benar kompeten dalam bidangnya.

MANAJEMEN ORGANISASI

MANAJEMEN ORGANISASI
Oleh.
1.Tati Farida, S.Pd, M.Si
2.Muhammad Ali Efendi, S.Si, M.Sc

Manajemen (management) adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan tugas atau kewajiban anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran yang sudah ditetapkan. Sedangkan organisasi adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran. Jadi manajemen organisasi adalah proses “menggerakkan” anggota melalui proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan tugas anggota untuk mencapai sasaran bersama.
Untuk mencapai sasaran bersama maka diperlukan adanya planning (Perencanaan). Apabila suatu organisasi gagal dalam merencanakan berarti organisasi tersebut merencanakan kegagalan. Perencanaan organisasi dituangkan dalam program kerja. Merencanakan program kerja sama halnya dengan merencanakan kesuksesan. Untuk merencanakan kesuksesan diperlukan penyatuan visi semua anggota organisasi. Visi merupakan fokus seluruh anggota yang harus dicapai.
Setelah visi organisasi disepakati oleh seluruh anggota, maka perlu adanya pengorganisasian langkah untuk mencapai visi. Langkah pertama adalah pembagian kerja beserta job description. Siapa yang mengerjakan suatu program, dilaporkan kesiapa program tersebut setelah dilakukan dan siapa yang memantau pelaksanaan program.
Langkah untuk mencapai visi diperlukan pengelolaan sumberdaya organisasi. Sumberdaya organisasi meliputi manusia (anggota), waktu, dana, relasi, peralatan dan sebagainya. Anggota harus bisa digerakkan secara aktif, sedangkan waktu dan dana harus digunakan seefisien mungkin untuk mencapai visi. Perlu untuk memanfaatkan relasi semaksimal mungkin dalam mencapai visi. Semakin banyak relasi, maka semakin besar kita memiliki alternative untuk menjalin kerjasama dalam mencapai visi organisasi.
Ketercapaian visi organisasi ditentukan juga oleh faktor kepemimpinan (Leadership). Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mengoptimalkan potensi yang ada dan mengarahkan semua ketrampilan, pengetahuan dan kemampuan dari kelompoknya (organisasi) untuk mencapai visi organisasi. Pelaksanaan kepemimpinan bukan hanya menyatukan fisik, tetapi menyatukan hati dan pikiran anggotanya. Seorang pemimpin harus dapat mewujudkan keharmonisan suatu organisasi yang dipimpinnya.
Untuk mewujudkan keharmonisan dalam organisasi, perlu dikembangkan sikap saling menghormati, bertanggungjawab dan berjuang mencapai cita-cita yang telah disepakati. Seorang pemimpin harus bisa melihat dan “bermimpi”. Melihat dan “bermimpi” merupakan upaya pemimpin untuk dapat membayangkan tentang bangunan masa depan organisasinya dengan tetap berpijak pada realita; membimbing merupakan upaya pemimpin untuk mampu membimbing anggotanya sehingga mereka mampu menjadi pemimpin bagi dirinya. Pemimpin yang baik akan membimbing anggotanya dengan rasa hormat, cinta dan penuh perhatian.
Kemampuan menggerakkan merupakan upaya pemimpin untuk menggerakkan anggotanya agar berkembang sesuai dengan visi organisasi dan dapat memperkirakan berapa jauh impian itu harus dicapai sehingga dapat mengambil langkah-langkah taktis dan tepat serta efisien.
Sebagai anggota organisasi, harus memiliki kesatuan gerak yang sesuai dengan instruksi dan garis koordinasi dengan pemimpinnnya. Selain itu anggota harus memiliki tindakan cepat dan tepat, tidak mengulur-ulur waktu dalam merencanakan atau melaksanakan program. Keberanian menerima tantangan dan memiliki kemampuan untuk menyelesaikan tantangan tersebut juga harus dimiliki oleh anggota.
Dalam suatu organisasi dibutuhkan hubungan yang harmonis antara pemimpin dengan anggota. Setiap anggota harus bertanggungjawab terhadap diri sendiri dan organisasi (the courage to assume responsibility); keberanian untuk mendukung (the courage to serve) dan mempunyai semangat yang sama dengan pemimpin dalam mencapai organisasi ; keberanian untuk menentang (the courage to challenge) bila dirasakan sebagai suatu kebenaran; dan keberanian untuk memisahkan diri (the courage to leave) atau menarik dukungan bahkan menentang pemimpin yang dinilai merusak meskipun dengan resiko yang tinggi.