Selasa, 02 Februari 2010

INOVASI BELAJAR


INOVASI BELAJAR

Oleh.
Muhammad Ali Efendi, S.Si, M.Si



Masih ingat iklan televisi yang sering diulang-ulang. “Suzuki, Inovasi tiada henti.” Itulah iklannya. Apa yang terpikirkan pada iklan tersebut? Suzuki selalu dan selalu melakukan inovasi. Suzuki senantiasa berinovasi. Inovasi, itulah Suzuki!. Tulisan ini tidak hadir untuk maksud promosi.
Analogi dari iklan tersebut adalah “Belajar, inovasi tiada henti.” Mengapa belajar harus melakukan inovasi?” Belajar merupakan sistem organisasi yang kompleks. Didalamnya terdapat beraneka ragam mata pelajaran. Setiap mata pelajaran punya “karakter atau tingkat kesulitan” yang berbeda-beda. Sehingga setiap mata pelajaran membutuhjkan cara dan teknik belajar yang relative berbeda.
Belajar merupakan suatu bagian dari sisi kehidupan manusia. Proses belajar melibatkan siapa yang diajar dan siapa pengajarnya, sedangkan apa yang kita harapkan dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru dan menarik. Sesuatu yang baru, orisinil, dan unik dapat merupakan hasil inovatif. Oleh karena itu dibutuhkan proses pembelajaran yang inovatif. Proses pembelajaran yang inovatif perlu didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Ruang untuk menciptakan suatu kreativitas.
Pembentukan kreativitas memerlukan faktor pendukung pembelajaran yang secara fisik dan konseptual dapat mengembangkan kreativitas siswa didik. Misalnya dalam bentuk fisik pengadaan komputer, buku-buku yang menarik bagi peserta didik. Sedangkan secara konseptual seperti pengadaan materi pembelajaran yang berorientasi iptek dan prestasi.

2. Pengajaran yang inovatif.
Pendidik harus mampu untuk membaca situasi dan memonitor serta mengevaluasi peristiwa-peristiwa serta sanggup mengambil resiko untuk melakukan inovasi dalam proses pengajaran. Menurut Woods (1997) dalam mengajar guru hendaknya memiliki kemampuan inovasi, humor dan mampu membuat situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, memiliki ide-ide imajinatif yang dapat mendorong kemampuan anak untuk berkreasi dan melakukan refleksi yang kritis.
Ketika siswa tidak mampu melakukan inovasi belajar, yang terjadi adalah siswa merasa “menderita”, “terbelenggu”, sehingga tidak dapat “menikmati” proses belajar. Akibatnya potensi siswa tidak berkembang. Masa depan siswa terbayang menjadi terbengkalai.
Padahal para siswa dikarunia Yang Maha kuasa berbagai kecerdasan. Yang oleh Howard Gardner disebut kecerdasan majemuk. Semua anak mempunyai kelebihan. Semua anak punya yang namanya kecerdasan majemuk. Ada siswa yang cerdas dalam bahasa, cerdas matematika, cerdas musik atau cerdas tubuh. Empat kecerdasan lain juga ada pada siswa seperti cerdas spasial, cerdas natural, cerdas bergaul, dan cerdas diri.
Setiap kecerdasan tersebut memiliki karakteristiknya masing-masing. Setiap siswa akan melakukan kegiatan-kegiatan tertentu yang memperlihatkan kecerdasan terkuatnya. Kegiatan seperti menulis cerita dan esai, menceritakan lelucon, cerita, plesetan, membaca puisi, menggunakan kosakata luas, bermain word game dan menggunakan kata untuk menggambarkan sebuah citra merupakan kegiatan yang mencerminkana cerdas bahasa. Siswa harus dapat menemukan inovsi belajar sehingga muncul dalam benaknya menemukan sesuatu yang membuat “AHA!”, "LUAR BIASA", Mewujudkan ide-ide baru atau inovasi baru dalam belajar. Sehingga siswa dapat menikmati belajarnya sehingga sukses dalam hidup dan kehidupannya.

Tidak ada komentar: