TEKNIK PELEPASAN SISIK SAYAP KUPU-KUPU
DALAM PROSES PENENTUAN FAMILI
BERDASARKAN VENASI SAYAP
Oleh. Muhammad Ali Efendi
G352070311
A.Pendahuluan
1. Sekilas Tentang Kupu-Kupu
Serangga menyusun sekitar 64 % (950.000 spesies) dari total spesies yang diperkirakan ada di bumi ini (Grombridge, 1992). Dengan jumlah spesies individu yang begitu besar maka serangga memegang peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Diantara peran tersebut adalah : herbivor, predasi, parasitisme, dekomposisi, penyerbukan, spesies indikator dan sebagainya (Speight et.al., 1999 dalam Shahabudin, 2003).
Kupu-kupu dan ngengat merupakan kelompok dari ordo Lepidoptera yang dipisahkan dari kelompok lain karena memiliki sayap yang bersisik (Braby 2000). Kupu-kupu beraktivitas diurnal yang berarti aktif terbang pada siang hari. Ciri khas kupu-kupu adalah mempunyai dua pasang sayap bersifat membraneus tertutup sisik yang mudah terlepas serta sebagian besar tubuh dan tungkai juga tertutup sisik (Borror et al. 1996). Kupu-kupu mengalami metamorfosis sempurna dengan siklus hidup: telur-larva-pupa-dewasa (Peggie & Amir 2006). Kupu-kupu dewasa memiliki peran menguntungkan antara lain sebagai serangga polinator dalam membantu penyerbukan bunga (Borror et al. 1996), dan sebagai indikator kualitas lingkungan (Holloway et al. 1987). Kupu-kupu pada saat stadium larva atau ulat dapat bersifat merugikan yaitu sebagai hama pada tanaman budidaya (Kalshoven 1981).
Kupu-kupu dikelompokkan dalam dua superfamili, yaitu Papilionoidea (True butterflies) yang terdiri atas 4 famili yaitu Papilionidae, Pieridae, Nymphalidae dan Lycaenidae; dan Hesperioidea (Skipper) yang terdiri atas satu famili yaitu Hesperiidae (Ackery, 1984). Karakteristik superfamili Papilionoidea adalah antena kanan dan kiri berdekatan dan membesar di ujung tetapi tidak bersiku dan tubuhnya relatif lebih ramping. Hesperioidea dicirikan dengan antena kanan dan kiri berjauhan, bersiku di ujungnya dan tubuhnya relatif lebih gemuk (Peggie & Amir 2006).
Klasifikasi kupu-kupu menurut Hoges, et al (1983) dalam Borror, et al (1996) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Arthropoda
Class : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Sub Ordo : Dytrysia
Lebih dari 17,000 jenis kupu-kupu dapat dibedakan berdasarkan warna sayap, banyak jenis secara seksual dimorphic, dan yang lain berisi individu dengan pola sayap berbeda pada permukaan sayap dorsal dan ventral (Beldade P, Brakefield PM, 2002)
2. Teknik-Teknik Penentuan Famili Pada Kupu-Kupu
Karakter utama yang biasa digunakan untuk mengelompokkan lepidoptera ke dalam famili terutama adalah berdasarkan venasi sayap. Karakter lainnya adalah ada tidaknya frenulum, ocelus, karakter kaki, alat mulut dan antena. Kebanyakan para pemula mengidentifikasi dengan membandingkan spesimen dengan contoh kupu-kupu yang telah teridentifikasi (Amir et al. 2003).
Gambar 1. Contoh sayap bagian depan dan belakang pada beberapa ordo yang berbeda berdasarkan pola venasi sayap (De Cellis & Benjumea, 2003)
Pada umumnya Pola pembuluh darah atau venasi pada suatu sayap serangga adalah species-specific dan dapat digunakan dalam taksonomi (Tofilski A, 2004). Perbedaan karakteristik pola venasi sayap pada ordo dan famili serangga terjadi pada jumlah pembuluh, posisi dan diferensial (De Cellis JF, Benjumea FJD. 2003); pola pembuluh darah pendukung di dalam sayap serangga bervariasi secara luas antar famili dan ordo serangga (Combes SA, Daniel TL, 2005).
Menurut Amir et. al (2003), identifikasi kupu-kupu sampai pada tingkat famili berdasarkan venasi sayap memerlukan pengetahuan tentang nama, kedudukan dan cabang-cabang venasi sayap yang terdapat pada sayapnya selain karakter-karakter lainnya.
Banyak pola unsur-unsur sayap kupu-kupu mempunyai simetri atau batasan-batasan berhubungan dengan posisi pembuluh darah; bagaimanapun, hubungan antara perkembangan pembuluh darah dan pembentukan banyak warna spesifik mempola unsur-unsur tinggal suatu pertanyaan terbuka (Reed RD & Gilbert RE, 2004).
Untuk mengetahui secara detail mengenai rincian-rincian rangka sayap pada spesimen kupu-kupu atau ngengat tanpa perlakuan khusus apapun dari spesimen atau dalam beberapa hal rincian sayap-sayap spesimen dapat terlihat secara detail dengan meneteskan beberapa tetes alkohol, eter atau xylen pada sayap spesimen atau dengan mengerok sisik pada sayap spesimen secara hati-hati (Borror, et al,1996).
B. Teknik Pelepasan Sisik Sayap Kupu-Kupu
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pelepasan sisik sayap kupu-kupu diantaranya gelas arloji (3 buah), Cawan preparat (1 buah), gelas objek ukuran 50x50cm, kaca penutup, label, penjepit dan jarum disseksi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah alkohol 95%, HCl 10%, NaCl cair dan Na hipoklorit (bisa digantikan oleh clorox).
2. Alur Kerja
Alur kerja dalam pelepasan sisik kupu-kupu:
• Potong sayap kupu-kupu satu sisi. Dalam proses ini diusahakan tidak merobek penghubung-penghubung seperti frenulum. Agar frenulum tidak robek, potonglah secara bersamaan sayap depan dengan sayap belakang.
• Masukkan sayap ke dalam gelas arloji yang berisi alkohol 95% selama beberapa menit, kemudian masukkan ke dalam HCl beberapa detik.
• Langkah selanjutnya masukkan sayap dalam larutan NaCl dan Na-hipoklorit (atau clorox). Diamkan beberapa menit sampai warna hilang.
• Apabila sayap-sayap tersebut lambat dalam dalam pembersihan, celupkan kembali ke dalam larutan asam lagi dan ke larutan penggelantang (Clorox).
• Bilas sayap dengan air untuk menghilangkan penggelantang yang berlebihan.
• Letakkan sayap pada kaca objek sampai kering kemudian dan tutup dengan pelindung atau penutup.
• Beri label pada kaca pelindung
Sayap kupu-kupu bersifat membraneous dan sangat berbeda dalam ukuran, bentuk dan pola. Venasi sayap sangat penting dalam penggolongan kupu-kupu. Ada beberapa notasi untuk mendeskripsikan venasi sayap (Fleming WA. 1983).
Beberapa kupu-kupu tidak mempunyai semua pembuluh darah terutama di area apikal.
Sebagai tambahan, ada pembuluh darah yang menguraikan sel dikenal sebagai radius; sepanjang bagian bawah disebut cubitus; di akhir sel disebut discocellulars, yang lebih rendah, pertengahan dan bagian atas (yang ditandai L, M, U), yang bagian atas adalah sering usang.
3. Kelemahan dan Kelebihan Teknik Pelepasan Sisik Sayap Kupu-Kupu
Pelepasan sisik sayap kupu-kupu dalam proses penentuan famili berdasarkan venasi sayap memiliki kelemahan diantaranya dengan adanya pelepasan sisk sayap mengakibatkan sayap rusak sehingga kita tidak bisa melihat kondisi sayap sesungguhnya; pelepasan sisik sayap akan menyebabkan kita sulit untuk menentukan nama ilmiah spesies tersebut. Hal ini karena warna dan bentuk spot merupakan karakter spesifik suatu spesies yang membedakan spesies satu dengan lainnya. Serta nilai estetika atau keindahan hilang akan proses ini. Sedangkan kelebihannya susunan venasi sayap spesimen dapat dilihat dengan jelas sehingga kita dapat menentukan famili kupu-kupu berdasarkan venasi ini. Perlu diketahui masing-masing famili memiliki karakteristik susunan venasi sayap yang berbeda.
C. Penutup
1. Kesimpulan
Pada umumnya Pola pembuluh darah atau venasi pada suatu sayap serangga adalah species-specific dan dapat digunakan dalam taksonomi. identifikasi kupu-kupu sampai pada tingkat famili berdasarkan venasi sayap memerlukan pengetahuan tentang nama, kedudukan dan cabang-cabang venasi sayap yang terdapat pada sayapnya selain karakter-karakter lainnya. Sayap kupu-kupu bersifat membraneous dan sangat berbeda dalam ukuran, bentuk dan pola. Venasi sayap sangat penting dalam penggolongan kupu-kupu.
2. Saran
Mengingat teknik pelepasan sisik sayap kupu-kupu dalam proses penentuan famili berdasarkan venasi sayap mengakibatkan sayap rusak sehingga kita tidak bisa melihat kondisi sayap sesungguhnya dan nilai estetika atau keindahan hilang akan proses ini. Maka perlu dicari teknik lain dalam mengetahui pola venasi sayap tanpa adanya pelepasan sisik sayap. Misalkan dengan menggunakan teknologi komputerisasi atau scan.
DAFTAR PUSTAKA
Ackery PR. 1984. Systematic and Faunistic Studies on Butterflies. Di dalam: Vane Wright RI, Ackery PR, editor. The Biology of Butterflies. Symposium of The Royal Entomological Society of London (11); London, 23-26 September 1981. London: Academic Pr. Hlm 9-21
Amir M, Noerdjito, Kahono S. 2003. Kupu (Lepidoptera). Di dalam: Amir M, Kahono S, editor. Serangga Taman nasional Gunung Halimun Jawa Bagian Barat. Bogor: BCP-JICA. Hlm 123-140.
Beldade P, Brakefield PM, 2002. The Genetics and Evo-Devo of Butterfly Wing Patterns. Institute of Evolutionary and Ecological Sciences, Leiden University. DOI:10.1038/nrg818
Borror DJ, Triplehorn CA, Johnson NF. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Braby MF. 2000. Butterflies of Australia: Their Identification, Biology and Distribution. Canberra: Australian National Insect Collection CSIRO Entomology.
Combes SA, Daniel TL, 2005. Floral Stiffness In Insect Wings: Effect of Wing Venation anf Stiffness Distribution on Passive Bending. American Entomologist, Volume 51 No. 1
De Cellis JF, Benjumea FJD. 2003. Developmental Basis For Vein Pattern Variation In Insect Wings. Int. J. Dev. Biol. 2003; 47: 653-663
Fleming, WA, 1983. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Selangor: Longman.
Gullan PJ, Cranston PS. 2000. The Insect An Outline Of Entomology Second Edition. Tokyo: Blackwell Science
Peggie & Amir M. 2006. Practical Guide to the Butterflies of Bogor Botanic Garden – Panduan Praktis Kupu-kupu di Kebun Raya Bogor. Bidang Zoologi, pusat penelitian biologi, LIPI Cibinong dan Nagao Natural Environment Foundation. Tokyo.
Reed RD, Gilbert RE, 2004. Wing Venation and Distal Less Expression In Heliconius Butterfly. Dev Genes Evol (2004) 214: 628–634. DOI 10.1007/s00427-004-0439-8
Tofilski A, 2004. DrawWing, a Program for Numerical Description of Insect Wings. Journal of Insect Science. 2004. 4:17
2 komentar:
Aslm. Cak, minta izin didownload materinya buat nambah wawasan.
Thanks
Wassalam
Darussalim (salim_rs@ymail.com)
Oke. Trima kasih mau memanfaatkan. kalau punya tulisan apapun. tolong emailkan sekaligus foto anda
Posting Komentar